Dalam pandangan Islam, fase kehidupan manusia dibagi secara sederhana dan penuh makna — masa anak-anak dan masa dewasa. Tidak dikenal istilah “remaja” sebagaimana yang sering diadopsi oleh budaya modern. Sejak seorang anak mencapai usia baligh, ia telah dianggap dewasa secara syar’i, siap menanggung tanggung jawab atas setiap amal perbuatannya di hadapan Allah Swt. Konsep ini mengajarkan kepada kita, khususnya para orang tua, bahwa pembinaan dan pendidikan anak tidak boleh menunggu mereka “dewasa”, melainkan harus dimulai sejak dini agar saat mereka baligh, hati dan pikirannya telah terarah dengan nilai-nilai iman dan akhlak mulia.
Kajian parenting bertema “Tidak Ada Remaja dalam Islam & Ketika Amal Anak Setara Orang Tua” yang diselenggarakan oleh PTA SD Al Bayan Islamic School menjadi pengingat berharga bagi seluruh orang tua bahwa masa anak-anak adalah waktu terbaik untuk menanamkan tanggung jawab, ketaatan, dan kesadaran beribadah. Sebab, ketika anak telah tumbuh menjadi pribadi yang saleh, amal kebaikannya akan mengalir menjadi pahala bagi kedua orang tuanya. Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).
Maka, keberhasilan orang tua sejatinya bukan hanya ketika anak mencapai prestasi duniawi, tetapi ketika amalnya menjadi penolong dan penyambung pahala bagi orang tua di akhirat kelak. Melalui kegiatan kajian seperti ini, Al Bayan berkomitmen untuk terus menghadirkan pembelajaran yang menumbuhkan kesadaran spiritual bagi keluarga, agar sinergi antara sekolah dan orang tua tidak hanya melahirkan generasi cerdas, tetapi juga generasi yang beriman dan beramal saleh sebagai bekal dunia dan akhirat.

